Selasa, 13 April 2010

Mekanisme Penyerapan Garam Mineral

Mekanisme Penyerapan Garam Mineral
Terdapat banyak teori tentang mekanisme penyerapan garam mineral. Namun demikian, pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu absorpsi (penyerapan) secara pasif dam absorpsi (penyerapan) secara aktif.

1).Absorpsi Secara Pasif

a).Teori Difusi
Briggs dan Robertson (1957) melihat gejala bahwa apabila sel tumbuh atau jaringan tumbuhan dipindahkan dari medium yang memiliki konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi , menunjukkan adanya gerak ion mengalir turun. Gejala ini menunjukkan bahwa sebagian jaringan tumbuh terbuka untuk difusi ion secara bebas menuju kedua arah.
b).Pertukaran Ion
Menurut teori pertukaran Ion, apabila jaringan tumbuh dicelupkan kedalam larutan, ion dari larutan di luar jaringan  akan bertukar dengan ion yang melekat pada permukaan dinding sel atau yang melekat pada membran jaringan.
c).Teori Aliran Massa
Teori aliran massa menerangkan bahwa gerakan ion melalui akar (masuk kedalam air) bersama-sama aliran massa air, dipengaruhi oleh transpirasi. Apabila transpirasi meningkat, akan meningkatkan pula proses absorbsi zat.

2).Absorpsi Secara Aktif

Laties (1957) dan Sutcliffle ((1957) mengemukakan teori ATP. Menurut teori ATP, pengangkutan ion masuk kedalam sel menggunakan energi ATP (adenosin trifosfat). Energi yang diperoleh dari hidrolisis molekul ATP digunakan  untuk mengaktifkan “pompa ion” melalui aksi dari enzim Peranan ATP dalam mengangkut kation ke bagian atas terjadi melalui dua cara, yaitu dengan melepaskan gugusan fosfat dan dengan menambah gugusan fosfat.
Absorpsi secara aktif atau dikenal dengan transpor aktif melibatkan pertukaran ion Na+ dan K+, serta protein pembawa yang dikenal dengan protein kotranspor.
Protein kontranspor akan mengangkut io Na+ bersama zat-zat lain yang terlarut di dalam sitoplasma, seperti gula dan asam amino dari luar sel ke dalam sel melalui membran.
Absorpsi garam mineral dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1).Suhu, apabila suhu meningkat, absorpsi juga meningkat. Sebaliknya apabila suhu menurun, absorpsi menjadi lambat.
2).pH, apabila tersedia ion dalam jumlah cukup, pengaruh pH tidak menonjol. Akan tetapi, apabila harga pH di luar kemampuan fisiologis sel tumbuhan akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan menghambat absorpsi garam mineral.
3).Cahaya, Cahaya berpengaruh tidak langsung pada absorpsi garam mineral. Cahaya berpengaruh pada transpirasi dan fotointesis yang membentuk energi dan oksigen. Oksigen dipergunakan pada absorpsi garam mineral.
4).Pasokan Oksigen, Apabila oksigen kurang,akan menghambat absorpsi garam mineral.
5).Pertumbuhan, tipe pertumbuhan yang berbeda berpengaruh pada absorpsi garam mineral. Pertumbuhan Vegetatif dan meningkatnya aktivitas metabolisme akan meningkatkan transpor air yang disertakan absorpsi garam mineral.

Referensi: Buku “Biologi 2a” Kelas 2 SMU Semester 1 Halaman 90, Penebit: Intan Pariwara

TAGS: Mekanisme Penyerapan Garam Mineral, Penyerapan Garam, Garam Mineral, Cara Penyerepan Garam Mineral
Baca Selengkapnya - Mekanisme Penyerapan Garam Mineral

Rabu, 10 Februari 2010

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sebagai Herbisida

Kalau kita berbicara mengenai ZPT,  sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dinamakan hormon tanaman. Hal ini sangat penting karena sering terjadi kerancuan pengertian di masyarakat antara ZPT dengan hormon tanaman. Hormon berasal dari kata Yunani yaitu hormon yang berarti menggiatkan, merangsang, membangkitkan timbulnya suatu aktivitas.  Menurut Moore (1979) hormon adalah suatu zat /senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman, aktif dalam jumlah yang sangat kecil, disintesa pada bagian tertentu tanaman kemudian diangkut ke bagian lain dimana zat tersebut menimbulkan pengaruh khusus secara biokimia. Yang dimaksud hormon disini adalah Auxin, Giberelin, Cytokinin, ethylen dan ABA.  Sedangkan zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara kwalitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.  Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua hormon adalah zat pengatur tumbuh tetapi tidak sebaliknya karena ZPT dapat dibuat atau disintesa oleh manusia tetapi hormon tidak.

Yang dimaksud dengan ZPT disini adalah 2,4-D, 2,4-S-T, IBA, NAA dan lain lain. Penggunaan Zat pengatur tumbuh bila digunakan  dengan konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman, dan sebaliknya bila digunakan dalam jumlah besar/konsentrasi tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan tekhnologi di bidang pertanian, dan berdasarkan berbagai macam penelitian maka ditemukan aneka ragam zat pengatur tumbuh yang dapat difungsikan sebagai herbisida untuk mematikan gulma atau tanaman pengganggu. ZPT dapat berubah fungsi menjadi racun bila dipakai melebihi kadar tertentu dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat dipergunakan sebagai herbisida.  Lebih lanjut didapatkan pula bahwa, zat pengatur tumbuh tertentu memepunyai sifat-sifat yang selektif sehingga gulma dapat dimatikan tetapi tanaman pokok yng dibudidayakan tidak terganggu.  Di era tekhnologi modern saat ini, ZPT yang banyak digunakan sebagai herbisida pemberantas gulma terutama adalah 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA atau MCP.

Pengaruh 2,4-D, 2,4,5 – S dan MPCA terhadap gulma bervariasi. Untuk pengaruh yang sama , penggunaan dosis MPCA biasanya lebih tinggi daripada 2,4-D. Saat ini diantara 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA  herbisida yang merupakan ZPT yang paling banyak digunakan adalah  2,4-D.  Herbisida jenis 2,4 -D ini sangat ideal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya relatif murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan, tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan.
Selain itu penggunaan Herbisida 2,4-D lebih populer pada lahan sawah dibandingkan yang lain karena mempunyai beberapa spesifikasi diantaranya  dapat dipergunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan sawah, tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis alang-alang namun sangat ampuh dalam membasmi gulma berdaun sempit. 

Baca Selengkapnya - Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Pengertian Mikoriza Arbuskular ( CMA)

Pengertian Mikoriza Arbuskular ( CMA)

Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) merupakan asosiasi antara cendawan tertentu dengan akar tanaman dengan membentuk jalinan interaksi yang komplek. Mikoriza berasal dari karta miko (mykes= cendawan) dan rhiza yang berarti akar. Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai jamur tanah juga biasa dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara Phosphates (P) (Syib’li, 2008). Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. infeksi ini antara lain berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang (Anas, 1997).

Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokkam ke dalam tiga tipe :
1.        Ektomikoriza
2.        Ektendomikoriza
3.        Endomikoriza

Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jarinagan korteks membentuk struktur seperrti pada jaringan Hartiq.

Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara lain  adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat menginfeksi dinding sel  korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoiza tipe ini sangat terbatas.

Endomokoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan koretks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul) (Brundrett, 2004)
Suatu simbiosus terjadi apabila cendawan masuk ke dalam akar atau melakukan infeksi. Proses infeksi dimulai dengan perkecambahan spora didalam tanah. Hifa yang tumbuh melakukan penetrasi ke dalam akar dan berkembang di dalam korteks. Pada akar yang terinfeksi akan terbentuk arbuskul, vesikel intraseluler, hifa internal diantara sel-sel korteks dan hifa ekternal. Penetrasi hifa dan perkembnagnnya biasanya terjadi pada bagian yang masih mengalami proses diferensissi dan prose pertumbuhan. Hifa berkembang tanpa merusak sel (Anas, 1998).

Hampir semua tanaman pertanian akarnya terinfeksi cendawan mikoriza. Gramineae dan Leguminosa umumnya bermikoriza. Jagung merupakan contoh tanaman yang terinfeksi hebat oleh mikoriza. Tanaman pertanian yang telah dilaporkan terinfeksi mikoriza vesikular-arbuskular adalah kedelai, barley, bawang, kacang tunggak, nenas, padi gogo, pepaya, selada, singkong dan sorgum. Tanaman perkebunan yang telah dilaporkan akarnya terinfeksi mikoriza adalah tebu, teh, tembakau, palem, kopi, karet, kapas, jeruk, kakao, apel dan anggur (Rahmawati, 2003).
Baca Selengkapnya - Pengertian Mikoriza Arbuskular ( CMA)

Minggu, 24 Januari 2010

Hormon Sitokinin

Hormon Sitokinin
Hormon Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuh-an secara umum, mendorong perkecambahan, dan menunda penuaan. Cara kerja hormon Sitokinin yaitu dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga dapat menunda penuaan daun, bungan, dan buah dgn cara mengontrol dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Hormon Sitokinin diproduksi pada akar.
Sitokinin sering juga dengan kinin, merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang pembelahan sel (sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991).  Selanjutnya dijelaskan kinin disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang belum masak dan jaringan pemberi makan (misalnya endosperm cair).  Buah jagung, pisang, apel, air kelapa muda dan santan kelapa yang belum tua merupakan sumber kinin yang kaya.

Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C – 5, ke suatu molekul adenin.  Rantai beratom C – 5 dianggap berasal dari isoprena.  Basa purin merupakan penyusun kimia yang umum pada kinin alami maupun kinin sintetik  (Millers, 1955 dalam Wilkins, 1989).  Biosintesis sitokinin dengan bahan dasar mevalonic acid.
Sebenarnya sudah sejak tahun 1892 ahli fisologi I. Wiesner, menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel membutuhkan zat yang spesifik dan adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous.  Secara pasti baru tahun 1955 sitokinin ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog, M.H. Von Slastea dan F.M. Strong dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut kinetin dari DNA yang diautoklap,  sangat  aktif  sebagai  promotor    mitosis  dan  pembelahan  sel  kalus (Moree, 1979).

Selanjutnya dijelaskan  bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian cytokinesis yang berarti pembelahan sel.  Sitokinin alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan C.O. Miller tahun 1963 diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang disebut zeatin.  Sitokini alami terjadi dari derivat isopentenyl adenine.

Sitokinin sintetik yang paling umum dimanfaatkan di bidang pertanian seperti BA, kinetin dan PBA.  Kinin menimbulkan kisaran respons yang luas, tetapi kinin bertindak secara sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.

Baca Selengkapnya - Hormon Sitokinin

Rabu, 20 Januari 2010

Peranan Hormon Tumbuh Dalam Memacu Pertumbuhan Algae

Peranan Hormon Tumbuh Dalam Memacu Pertumbuhan Algae

Tumbuh-tumbuhan yang dikembangkan dibidang perikanan adalah dari golongan thallophyta (tumbuh-tumbuhan tingkat rendah) yaitu sub divisi  algae, seperti  fitoplankton dan rumput laut.  Fitoplankton dimanfaatkan sebagai pakan alami bagi budidaya ikan dan udang.  Menurut Burgess (1984),  jenis pakan alami yang populer dan cocok untuk pakan ikan terutama udang pada stadia awal adalah jenis fitoplankton seperti Skelotonema costatum, Chaetocerus sp., tetraselmis sp.  Hal ini disebabkan algae tersebut mempunyai ukuran yang kecil dan sesuai dengan bukaan mulut larva udang yang baru habis kuning telurnya.

Sedangkan rumput laut adalah komoditi andalan dibidang perikanan, karena merupakan bahan baku  makanan, kosmetik, tekstil dan obat-obatan.  Jenis rumput laut yang dibudidayakan seperti : Gracillaria sp., Eucheuma sp., Posidonia sp., Pterocladida sp. (Brotowidjoyo, dkk., 1995).

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuh-tumbuhan berlangsung secara terus menerus sepanjang daur hidupnya, tergantung pada tersediannya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya serta lingkungan yang mendukung (Gardner, dkk., 1991).  Sehubungan dengan hal ini berbagai usaha telah dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan algae, baik metode budidaya, maupun penambahan berbagai substansi pertumbuhan.  Salah satunya penggunaan hormon tumbuh untuk meningkatkan kepadatan populasi pakan alami maupun pertumbuhan rumput laut.

Baca Selengkapnya - Peranan Hormon Tumbuh Dalam Memacu Pertumbuhan Algae

Hormon Gas Etilen

Hormon Gas Etilen

Hormon Gas Etilen adalah hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses pematangan buah. Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya: Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL. Gas Etilen banyak ditemukan pada buah yang sudah tua .

Cara Kerja dan Fungsi Hormon Gas Etilen:
-Mendorong pematangan,
-Memberikan pengaruh yg berlawanan dengan beberapa pengaruh dari hormon auksin.
-Mendorong atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, batang, dan bunga.
-Meristem apikal tunas ujung, daun muda, embrio dalam biji.
Baca Selengkapnya - Hormon Gas Etilen

Selasa, 19 Januari 2010

Proses Sintesa Atau Sintesis Auksin

Proses Sintesa Atau Sintesis Auksin

Menurut Larsen, 1944 dalam Abidin (1982) Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai bahan auksin yang aktif dalam tanaman. Selanjutnya Larsen (1951); Bentley dan Houstley (1952) mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari Tripthopan menjadi IAA. Tryptamine sebagai salah satu zat organic, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan pula bahwa Tryptophan adalah zat organic terpenting dalam proses biosintesis IAA (Thimann,1935).
Bahan organic lain yaitu Indoleacetonitrile adalah bahan organic yang ditemukan dalam tanaman Cruciferae dan dapat dikelompokkan ke dalam auksin (Jones et al.,1952). Menurut Thimann dan Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan enzim nitrilase dapat membentuk aksin. Cmelin dan Virtanen (1961) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin atas bantuan aktivitas enzim myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleeethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosintesis IAA atas bantuan bakteri (Rayle dan Purves, 1976 dalam Abidin, 1982).

Sebagaimana kita ketahui, IAA adalah endogenous auksin yang terbentuk dari Tryptophan yang merupakan suatu senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman. Didalam proses biosintesis, Trytophan berubah menjadi IAA dengan membentuk Indole pyruvic acid dan indole-3-acetaldehyde. Tetapi IAA ini dapat pula terbentuk dari Tryptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3-acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetic acid (IAA). Sedangkan mengenai perubahan dari ndole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzim nitrilase prosesnya masih belum diketahui (Abidin, 1982). Secara sederhana bahwa gula (glukosa, arabinosa) dan lemak membentuk kompleks IAA (Heddy, 1996).

Pemecahan IAA dapat pula terjadi di alam. Hal ini adalah sebagai akibat adanya photo oksidasi dan enzim. Dalam photo oksidasi, pigmen pada tanaman akan menyerap cahaya, kemudian energi ini dapat mengoksidasi IAA. Adapun pigmen yang erperan adalah Ribovlavin dan B-Carotene (Abidin, 1982).
Enzymatic oxidation yang terjadi pada IAA telah ditemukan oleh para ahli dalam berbagi jaringan tanaman. Oksidasi IAA oleh hydrogen peroksida, kemudian di katalisasi oleh enzim peroksida sehingga menghasilkan indolealdehyde yang bersifat naktif. Ada hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas oksidase IAA dengan kandungan IAA dalam tanaman. Apabila kandungan IAA tinggi, maka aktivitas IAA oksidase menjadi rendah, begitu pula sebaliknya. Di daerah meristematic yang kadar auksinnya tinggi, ternyata aktivitas IAA oksidasenya rendah. Sedangkan di daerah perakaran yang kandungan auksinnya rendah ternyata aktivitas IAA oksidasenya tinggi(Abidin, 1982).

Koepfli (1966) menerangkan bahwa posisi dan panjang rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auksin. Rantai yang mempunyai carboxyl group yang dipisahkan oleh karbon atau oksigen akan memberikan aktivitas yang optimal. Ssebagai contoh IAA dan 2,4-D. Dari hasil studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan tekanan osmotic, meningkatkan permeabilitas sel terhdap air, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Menurut Wareing dan Phillps (1970) di dalam fase pertumbuhan tanaman tediri dari dua fase yaiti fase pembelahan dan fase perrkembangan. Pada saat sel mengalami enlargement phase, sel tidak hanya mengalami peregangan akan tetapi juga mengalami penebalan dinding sel baru. Pertumbuhan sel ini distimulasi oleh auksin(Abidin, 1982).

Pectic acid adalah suatu asam yang mengandung 1-4 rantai galacturonic acid. Galacturonic acid ini merupakan turunan dari galactose sebagai hasil oksidase carbon-6 suatu carbinoyl group (-CH2OH) menjadi suatu carboxyl group (-COOH). Dalam proses selanjutnya, terjadilah pergantian dari (-COOH) menjadi (-CH3) dengan mengalami proses esterisasi yang akhirnya menjadi Pectin. Tetapi pectic acid pun dapat pula berubah menjadi calcium pectate dengan penambahan Ca2+. Penambahan Ca2+ pada dinding sel dapat mengakibatkan rigiditas pada dinding sel, yang menghambat proses cell enlargement. Untuk menghindari hambatan tersebut auksin mempunyai peranan dalam menggeser Ca2+ dari pectic substance, sehingga terjadi pelunakan pada dinding sel(Abidin, 1982).

Menurut Delvin, 1975 dalam Abidin (1982), kehadiran auksin berpengaruh tehadap sintesa protein. Fungsi auksin di dalam proses tersebut membebaskan DNA dari Histone untuk sintesis RNA. mRNA akan membantu pembentukan enzim-enzim, enzim-enzim ini akan meningkatkan plastisitas dan plelebaran dinding sel. Sehingga secara umum auksin mendorong perpanjangan sel dengan cara mempengaruhi dinding sel.

Baca Selengkapnya - Proses Sintesa Atau Sintesis Auksin

Hormon Auksin

Hormon Auksin

Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar.

Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin.tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat.sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.

Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah untuk mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan gelap diantaranya untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.

Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara osmosis.

Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein (Darnell, dkk., 1986).

Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).

Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro – pikonat).

Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian, dimana batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon terhadap auksin, yaitu peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.

Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Selain memacu peman-jangan sel, hormon Auksin yg di kombinasikan dengan Giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.

Baca Selengkapnya - Hormon Auksin

Hormon Antagonistik

Hormon Antagonistik

Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan, contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa tersebut.

Baca Selengkapnya - Hormon Antagonistik

  © 2010 Media Pembelajaran and Biologi.Template Blogger Elegance by Dicas Blogger.

TOPO